Dampak Kebijakan Hilirisasi Nikel Terhadap Peningkatan Pendapatan Negara Bukan Pajak (Minerba)

Abstract

Nikel merupakan bahan baku yang digunakan untuk membuat kendaraan listrik dan baterai yang merupakan tempat penyimpanan energi listrik. Menurut data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia tahun 2020 menyebut bahwa logam nikel yang dimiliki Indonesia sebesar 143 juta ton dan cadangan logam nikel yang dimiliki oleh Indonesia sebesar 49 juta ton. selain itu, cadangan bijih nikel dengan kadar dibawah 1,5 hingga diatas 1,7 persen sebesar 9,2 miliar ton. Dengan potensi nikel yang sangat besar, akan sangat disayangkan apabila Indonesia masih tidak dapat memanfaatkan barang tambangnya dengan belum dapat melakukan hilirisasi nikel. Hilirisasi nikel akan meningkatkan nilai tambah produk sehingga proses produksi menjadi lebih panjang dan meningkatkan harga nikel tersebut. Penelitian ini akan terfokus kepada bentuk gambaran atau proyeksi program hilirisasi nikel yang akan berdampak kepada pendapatan negara sektor nonmigas. Seberapa besar dampak peningkatan yang akan diterima oleh pendapatan negara jika program hilirisasi ini berhasil dijalankan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang dimana menggunakan studi literatur kepustakaan. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa dengan melakukan hilirisasi produk salah satunya adalah produk baterai lithium ion untuk kendaraan Listrik akan meningkatkan pendapatan negara bukan pajak dari sektor non migas.  Peningkatan tersebut berasal dari pendapatan iuran tetap pertambangan mineral dan Batubara dan tarif royalti nikel yang telah ditetapkan pemerintah.